Koran Dan Media Digital Yang Berbeda Pembacanya
Koran Dan Media Digital Sebagai kalangan menengah, bagi saya memperhitungkan biaya hingga seminimal mungkin sangat berpengaruh bagi keluarga termasuk koran.
Betapa tidak, harga kebutuhan pokok saat ini meningkat yang mempengaruhi tingkat daya beli kita sebagai warga yang menginginkan segalanya. Hingga masalah berita yang menjadi kebutuhan informasi ikut menjadi sasaran. Bagi kita yang hidup sebagai kalangan menengah menganggap ini sebagai lelucon yang sering terabaikan. Harus diakui, dengan mengurangi biaya beban pembelian koran dan majalah sebagian kebutuhan lain tertutupi.
Berita koran itu tetap membuat kita merasa tercukupi dengan berbagai informasi. Apakah Anda sudah membaca berita hari ini? Berita dunia yang memuat berita aneh dan berita terkini? Koran, tak hanya memberikan berita tetapi mampu menutupi kebutuhan informasi. Tapi saya tak lagi membaca koran dan majalah dan menggantinya dengan media digital yang ternyata mampu mengurangi beban pengeluaran. Apa yang tak kita dapatkan dengan digital, biaya koneksi yang semakin murah tak menutup kemungkinan bahwa kita mampu menggali lebih banyak dari pada membeli media cetak.
Berita koran tak lagi menjajakan kertas di perempatan jalan, kita bisa menjelajah berita hari ini dari seluruh belahan dunia tanpa harus beranjak sedikitpun. Tak seperti dulu, untuk memiliki wawasan luas mau tak mau harus membeli lebih dari satu koran. Bahkan majalah bulanan yang dulu saya konsumsi telah menerbitkan edisi mini (ekonomis) sehingga mampu diserap berbagai kalangan. Berita aneh tak selalu kita temukan di media online, bahkan edisi cetak menerbitkannya lebih dahulu. Seperti berita daerah tetap menjadi konsumsi masyarakat kalangan bawah yang tak mampu menjangkau media online. Salah siapa? Bukan salah mereka karena tak mampu bahkan pemerintah pun belum mampu mengatasinya, mengenalkan teknologi bukanlah hal mudah.
Dan jangan pernah mengatakan bahwa mereka tak butuh berita, sekalipun mereka petani miskin. Semakin kita berfikir bahwa kalangan bawah tak mampu membeli koran, maka ditahun-tahun berikutnya akan banyak media cetak yang mengalami kebangkrutan. Koran hari ini yang paling murah menjual seharga seribu rupiah sebanyak 10 halaman. Saya yakin itu tak menjangkau pelosok, hanya sampai di pinggiran kota.
Kalau seorang pedagang di perempatan jalan menawarkan koran, “Maaf, saya beserta jutaan kalangan bawah tak baca koran!”
Betapa tidak, harga kebutuhan pokok saat ini meningkat yang mempengaruhi tingkat daya beli kita sebagai warga yang menginginkan segalanya. Hingga masalah berita yang menjadi kebutuhan informasi ikut menjadi sasaran. Bagi kita yang hidup sebagai kalangan menengah menganggap ini sebagai lelucon yang sering terabaikan. Harus diakui, dengan mengurangi biaya beban pembelian koran dan majalah sebagian kebutuhan lain tertutupi.

Baca Juga
Digital, Ancaman Pedagang Koran?
Kalau kita berfikir bahwa media online merupakan ancaman bagi media cetak maka itu sebuah kesalahan besar. Media online hanya akan membuat kompetisi diantara mereka untuk menunjukkan siapa yang terbaik. Siapa yang diuntungkan? Tentunya kita sebagai pembaca yang bisa memilih berita akurat dan terpercaya. Yang kecil menyingkir, yang besar berjuang keras mempertahankan kepercayaan masyarakat. Ini hanya sebuah persaingan, bukan ancaman yang membuat kita takut kehilangan koran idaman.Berita koran tak lagi menjajakan kertas di perempatan jalan, kita bisa menjelajah berita hari ini dari seluruh belahan dunia tanpa harus beranjak sedikitpun. Tak seperti dulu, untuk memiliki wawasan luas mau tak mau harus membeli lebih dari satu koran. Bahkan majalah bulanan yang dulu saya konsumsi telah menerbitkan edisi mini (ekonomis) sehingga mampu diserap berbagai kalangan. Berita aneh tak selalu kita temukan di media online, bahkan edisi cetak menerbitkannya lebih dahulu. Seperti berita daerah tetap menjadi konsumsi masyarakat kalangan bawah yang tak mampu menjangkau media online. Salah siapa? Bukan salah mereka karena tak mampu bahkan pemerintah pun belum mampu mengatasinya, mengenalkan teknologi bukanlah hal mudah.
Warga Miskin Butuh Media Dan Koran
Apakah masyarakat kalangan bawah, pinggiran dan pelosok juga membaca koran? ‘Ya’ walaupun hanya seminggu, ataupun sebulan sekali. Setidaknya berita dunia masih mereka rasakan dengan koin yang sulit diperoleh. Kita tak harus sedih dengan kenyataan ini, yang memprihatinkan ada di sisi media cetak. Kenapa mereka tak berinisiatif membuat koran murah yang bisa dibeli dengan harga terjangkau? Yang menggunakan media online berkisar 30% jumlah penduduk Indonesia, selebihnya bisa dijaring dengan media cetak.Dan jangan pernah mengatakan bahwa mereka tak butuh berita, sekalipun mereka petani miskin. Semakin kita berfikir bahwa kalangan bawah tak mampu membeli koran, maka ditahun-tahun berikutnya akan banyak media cetak yang mengalami kebangkrutan. Koran hari ini yang paling murah menjual seharga seribu rupiah sebanyak 10 halaman. Saya yakin itu tak menjangkau pelosok, hanya sampai di pinggiran kota.
Kalau seorang pedagang di perempatan jalan menawarkan koran, “Maaf, saya beserta jutaan kalangan bawah tak baca koran!”
0 Response to "Koran Dan Media Digital Yang Berbeda Pembacanya"
Posting Komentar